29 January 2013

Sejarah Barongsai

SEJARAH BARONGSAI


Barongsai adalah tarian tradisional Cina dengan menggunakan kostum yang menyerupai singa. Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke tiga sebelum masehi.
”Barongsai” yang dikenal denganwǔshī merupakan tari tradisional rakyat Cina yang sudah ada sejak abad 3 SM. Hal ini berhubungan dengan kisah mitologi yang berkembang pada masa Dinasti Tang (618 – 906). Suatu ketika salah seorang raja bermimpi bertemu dengan mahluk yang menyelamatkanya. Keesokan hari sang raja bertanya kepada salah seorang menterinya dan menceritakan bentuk mahluk yang hadir dalam mimpinya. Menteri mangatakan bahwa mahluk itu adalah singa yang datang dari Barat (India). Raja kemudian memerintahkan agar menteri membuat replika mahluk yang menyelamatkan hidupnya. Sejak saat itu singa menjadi simbol keberuntungan, kebahagiaan dan kesejahteraan. Walaupun singa bukan binatang asli Cina, kreasi bentuknya digunakan sebagai hadiah bagi kaisar dari generasi ke generasi. Ragam hias bentuk singa pun tidak terlau banyak muncul dalam ragam hias Cina tradisional karena ragam ini diperkenalkan oleh pengaruh Budhisme yang masuk ke Cina sebagai simbol pembela kebenaran dan penjaga bangunan suci.
Biasanya Barongsai dipentaskan pada kesempatan pesta atau perayaan tradisional Cina, misalnya Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh. Tarian ini biasanya ditampilkan sebagai sebuah tarian yang diiringi oleh tabuhan kendang dan genderang, juga simbal, alat-alat musik khas Cina. Suasana amat riuh dan sekaligus mengairahkan. Barongsai berbentuk seekor singa, yang berkepala besar sekali, dengan mulut menganga, gigi lancip dan taring besar serta mata yang melotot keluar, kelihatan menyeramkan. Tapi wajah dan kepala singa dihias indah, sehingga malah berkesan lucu. Tubuh singa bersisik-sisik, dan pada bagian belakang terdapat ekor yang kecil. Satu Barongsai dimainkan oleh dua orang, bagian kepala dan bagian badan. Dua orang ini memang harus sangat kompak sehingga Barongsai benar-benar kelihatan menari, dengan indah dan lincah. Tidak jarang Barongsai dipentaskan dalam gerak akrobatik yang memukau sekaligus mendebarkan. Inilah yang menambah  daya tarik Barongsai. Selain diiringi genderang dan simbal, Barongsai  juga sering dipentaskan dengan iringan letupan petasan, yang memekakkan telinga. Petasan dipercayai dapat menakut-nakuti serta menghalau roh jahat, dan sekaligus membawa keberuntungan dan kemakmuran.
Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda.
Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang ‘Kilin’.
Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak – lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah ‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.


1.    BARONGSAI DI INDONESIA

Kata “barongsai” tidak dikenal dalam bahasa asal permainan ini. Kiranya ada pergeseran dalam hal pengucapan. Kata ‘Barongsai’ bisa sepenuhnya berasal dari Bahasa Hokkian ‘bbu lang say’ (舞弄) dilafalkan ‘bulangsai’ oleh kelompok masyarakat berbahasa Hokkian dan terdengar ‘barongsai’ oleh penduduk local.
Sejarah masuknya barongsai ke Indonesia belum dapat diketahui secara pasti. Kemungkinan barongsai muncul dan berkembang di Indonesia pada masa keemasan ketika warga Cina masuk dalam kategori penduduk Hindia Belanda golongan Timur Asing. Pada masa kolonial, para imigran Cina yang datang ke Indonesia sudah cukup mapan untuk mengadakan acara pertunjukan barongsai. Pada masa itu barongsai menjadi bagian dari kegiatan di klenteng-klenteng yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Klenteng Dhanagun (Bogor), misalnya, didirikan pada abad ke-18 dan  memiliki kelompok pemain barongsai. Saat itu pertunjukkan Barongsai masih erat kaitannya dengan tradisi dan upacara keagamaan. Tradisi Barongsai masuk ke Indonesia diperkirakan datang bersama para imigran Cina yang berasal dari Provinsi Guangdong, sebagai terlihat dari bentuk barongsai yang ada di Indonesia.
Di Indonesia ditemukan varian lain dari barongsai, yaitu Kielin. Kielin (麒麟)yang dimiliki oleh kelompok silat PGB ”Bangau Putih” ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia. Oleh karenanya Kielin satu-satunya ini sangat dihormati oleh semua Barongsai yang ada di Indonesia. Bersama tiga binatang lain yaitu burung Hong, Naga, dan Harimau, Kielin dianggap sebagai binatang suci. Tarian Kielin ini dibuat dengan karakter Kielin binatang tunggangan para dewa dalam tradisi Cina klasik. Kielin menjadi istimewa karena karakteristik tarian yang jauh dari kesan dinamis, walaupun tetap atraktif.
Memasuki masa Republik Indonesia, Barongsai tetap dapat dipentaskan. Barongsai dimainkan pada acara dan festival etnis Cina, seperti Tahun Baru Imlek. Klenteng-klenteng biasanya menjadi pusat kelompok Barongsai. Salah satunya adalah  Bio Hok Tek Ceng Sin  di Bogor, yang sudah berdiri sejak tahun 1950-an. Dalam jangka waktu 30 tahun lebih barongsai lenyap dari wilayah publik di Indonesia. Kalau toh dimainkan, hal itu terjadi secara sembunyi-sembunyi. 
Suharto jatuh pada Mei 1998, dan sebelumnya pecah Peristiwa Mei 1998 yang terdiri dari penjarahan dan pembakaran toko-toko milik etnis Cina. Dua peristiwa ini secara kebetulan membuka ruang kebebasan etnis Cina. Kemarahan dan frustrasi akibat Peristiwa Mei itu menemukan penyalurannya begitu pintu “reformasi” dibuka setelah Suharto dilengserkan. Bersama dengan kelompok-kelompok lain, kelompok  etnis Cina juga menuntut diakhirnya otoritarianisme di Indonesia. Pada kesempatan yang sama etnis Cina mengambil langkah membebaskan diri dari kungkungan peraturan yang diskriminatif dari masa Suharto.
Barongsai muncul sebagai bentuk ekspresi kebebasan ini. Tanpa mengindahkan peraturan maupun perundangan yang masih berlaku, permainan Barongsai dimainkan lagi di beberapa tempat. Tapi baru pada tahun 2000 Barongsai secara resmi boleh dipentaskan, yaitu sejak Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) mencabut Keputusan Presiden RI no.14/1967  dengan mengeluarkan Keputusan Presiden no. 6 tahun 2000.
Barongsai dari klenteng Bio Ho Tek Ceng Sin, misalnya,  resmi aktif memulai latihan pertamanya pada tahun 2000. Kelompok yang memiliki anggota senior berusia sekitar 70-an itu pun kembali menggelar latihan tari barongsai dan liong di area klenteng. Tidak ada lagi agenda latihan sembunyi-sembunyi. Mereka generasi tua pun mengajari tehnik dasar bermain Barongsai kepada penerusnya yang tidak menguasai ilmu bela diri seperti mereka. Pada awal latihan, pesertanya adalah para pemain muda yang pernah berlatih era tahun 80 dan 90-an, berasal dari etnis Cina. Ditambah beberapa pemain baru yang terbilang masih ’hijau’ dan masih berasal dari kalangan etnis Cina.

Jangan Lupa Download Juga Makalah tentang Sejarah Barongsai Dibawah ini :

Related Post

2 komentar:

  1. sejarah diciptakannya barongsai pada masa dinasti nan bei atau tang ? berdasar tahun pemerintahannya seharusnya dinasti nan bei. lalu legenda yg berkembang pada masa dinasti tang legenda mengenai apa ? kalai sebelumnya sudah ada kejadian zhong que bikin boneka singa ? makasih

    ReplyDelete
  2. Background buruk. Susah nak baca

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan baik dan bijaksana.